Untuk informasi pelatihan dan sertifikasi di Jakarta dan diluar Jakarta bisa langsung mendaftar atau menghubungi nomor dibawah ini
Pilot drone adalah seseorang yang bertanggung jawab untuk mengendalikan dan mengoperasikan sebuah drone secara manual atau menggunakan sistem otomatis. Drone adalah pesawat tanpa awak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) yang dikendalikan oleh remot kontrol dari jarak jauh atau dapat mengikuti jalur penerbangan yang telah diprogram. Tugas seorang pilot drone meliputi mengawasi dan mengendalikan gerakan drone, mengontrol kamera atau sensor yang terpasang di drone, serta memastikan bahwa penerbangan drone dilakukan dengan aman dan sesuai dengan peraturan terkait. Seorang pilot drone harus memiliki pengetahuan tentang prinsip dasar penerbangan, navigasi, dan teknologi drone, serta memahami hukum dan regulasi terkait penerbangan drone di wilayah yang mereka operasikan.
Pilot drone biasanya digunakan dalam berbagai industri dan aplikasi, termasuk pemetaan dan survei, sinematografi, pengawasan dan keamanan, inspeksi industri, pertanian, dan banyak lagi. Keterampilan dan keahlian seorang pilot drone sangat penting untuk memastikan operasi drone berjalan dengan aman, efisien, dan efektif. Lalu bagaimanakah Dampak Fisiologis Yang Perlu Diwaspadai Oleh Pilot SPUKTA ( sistem pesawat udara kecil tanpa awak ) atau drone, berikut team Jakarta School of Photography akan mengulasnya sebagai berikut:
Stres akut terjadi karena adanya ancaman yang sedang terjadi yang dianggap sebagai berbahaya. Ini adalah jenis stres yang memicu respon ” Fight Or Flight dalam diri seseorang, baik ancaman tersebut nyata atau hanya imajinasi biasanya, orang yang sehat dapat mengatasi stres akut dan mencegah stres yang berlebihan. Namun stres akut yang berkelanjutan dapat berkembang menjadi stres kronis.
Stres kronis dapat didefinisikan sebagai tingkat stres yang menghadirkan beban yang tidak dapat ditoleransi, melebihi kemampuan seseorang individu untuk mengatasinya, dan penyebab kinerja individu tersebut menurun tajam. Tekanan fisiologis yang tak henti-hentinya,seperti kesepian,kekhawatiran terhadap kondisi keuangan, dan masalah hubungan personal atau pekerjaan dapat menghasilkan tingkat stres kumulatif yang melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasi tersebut. Ketika stres mencapai tingkat ini, kinerja seseorang dapat turun dengan cepat. Pilot yang mengalami tingkat stres ini tidak aman untuk melakukan penerbangan dan tidak boleh menggunakan hak penerbang mereka.
1. Ketegangan Mata:
Memandu drone secara terus-menerus melalui monitor atau perangkat FPV (first-person view) dapat menyebabkan ketegangan mata dan kelelahan. Ini dapat berdampak pada penglihatan Anda dan menyebabkan mata menjadi kering atau iritasi. Pastikan untuk mengambil istirahat secara teratur dan beristirahat dari layar untuk mengurangi ketegangan mata.
2. Kehilangan Orientasi:
Beberapa pilot drone dapat mengalami kesulitan dalam mengenali orientasi drone mereka saat berada di udara, terutama jika drone jarak jauh dari posisi operator. Ini disebut sebagai “kehilangan orientasi” dan dapat menyebabkan kecelakaan atau hilangnya kendali drone. Latihan teratur dan pemahaman mengenai kontrol orientasi drone dapat membantu mengatasi masalah ini.
3. Efek Fisik Suhu dan Lingkungan:
Terbang drone di lingkungan ekstrem, seperti cuaca panas atau dingin yang berlebihan, dapat mempengaruhi kinerja baterai, elektronik, dan bagian mekanis drone. Pastikan untuk memahami batasan operasional drone Anda dan hindari terbang dalam kondisi yang ekstrim jika tidak diperlukan.
4. Dehidrasi dan Kelelahan: Terbang drone dapat memakan waktu dan energi, terutama jika Anda harus berjalan-jalan untuk mencari tempat yang cocok untuk terbang. Pastikan untuk tetap terhidrasi dengan baik dan mengatur waktu terbang Anda untuk menghindari kelelahan yang berlebihan.
5. Radiasi dari Peralatan:
Beberapa drone dan peralatan terkait dapat menghasilkan radiasi elektromagnetik atau radiofrekuensi. Meskipun tingkat radiasinya biasanya rendah dan dalam batas aman, ada baiknya tetap berada dalam jarak aman dari antena dan peralatan untuk mengurangi paparan potensial.
6. Pengaruh Altitude:
Terbang di ketinggian tertentu dapat mempengaruhi tubuh Anda karena perubahan tekanan atmosfer. Ini sering terjadi ketika terbang di ketinggian yang tinggi. Pastikan untuk memahami batasan drone Anda dan mengikuti panduan keselamatan yang sesuai untuk terbang di ketinggian tertentu.
7. Masalah Kesehatan Umum:
Seperti kegiatan fisik lainnya, terbang drone juga dapat mempengaruhi kondisi kesehatan yang sudah ada. Jika Anda memiliki kondisi medis tertentu, seperti masalah jantung atau gangguan kesehatan lainnya, konsultasikan dengan dokter Anda sebelum terlibat dalam kegiatan drone.
Seorang pilot drone harus memahami dampak fisiologis yang dapat terjadi pada dirinya sendiri dan orang lain yang berada di sekitar area penerbangan drone. Meskipun pilot drone tidak berada di dalam pesawat seperti pilot pesawat terbang, mereka masih bertanggung jawab atas operasi yang aman dan bertanggung jawab atas keamanan publik. Oleh karena itu, penting bagi seorang pilot drone untuk mendapatkan pelatihan yang memadai, memahami batas kemampuan mereka, dan selalu mengutamakan keselamatan, baik bagi diri mereka sendiri maupun orang lain yang ada di sekitar mereka. Pengetahuan tentang dampak fisiologis ini akan membantu mereka membuat keputusan yang bijaksana dan mengurangi risiko insiden selama operasi drone. Itulah tadi yang dapat kami sampaikan,semoga bermanfaat!. Bagi Anda yang ingin mengikuti pelatihan drone di Jakarta School of Photography, bisa menghubungi nomor whatsapp dibawah ini:
0 responses on "Dampak Fisiologis Yang Perlu Diwaspadai Oleh Pilot SPUKTA"